Penulis : Midya Lesmana, ST, MT
Penghargaan Lingkungan Hidup Nasional Kalpataru adalah suatu penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.
Melaksanakan Program Lingkungan Hidup yang berjalan apa adanya tanpa upaya maksimal tidak akan membawa hasil yang sangat memuaskan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Kalpataru memiliki 4 kategori penghargaan, yaitu:
Perintis Lingkungan, diberikan kepada warga masyarakat, bukan pegawai negeri dan bukan pula tokoh dari organisasi formal, yang berhasil merintis pengembangan dan melestarikan fungsi lingkungan hidup secara menonjol luar biasa dan merupakan kegiatan baru sama sekali bagi daerah atau kawasan yang bersangkutan.
Pengabdi Lingkungan, diberikan kepada petugas lapangan (Penyuluh Lapangan Penghijauan, Petugas Penyuluh Lapangan, Petugas Lapangan Kesehatan, Jagawana, Penjaga Pintu Air, dll) dan atau pegawai negeri (termasuk PNS, TNI, Polri, PPLH, PPNS, guru) yang mengabdikan diri dalam usaha pelestarian fungsi lingkungan hidup yang jauh melampaui kewajiban dan tugas pokoknya serta berlangsung cukup lama.
Penyelamat Lingkungan, diberikan kepada kelompok masyarakat, baik informal (kelompok masyarakat adat, kelompok tani, kelompok masyarakat desa, komunitas adat, rukun warga, paguyuban, karangtaruna, dll) maupun formal (lembaga swadaya masyarakat, badan usaha, lembaga penelitian, lembaga pendidikan, koperasi, asosiasi profesi, organisasi kepemudaan, dan lain-lain) yang berhasil melakukan upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup atau pencegahan kerusakan dan pencemaran (penyelamatan) lingkungan hidup.
Pembina Lingkungan, diberikan kepada pejabat, pengusaha, peneliti, atau tokoh masyarakat yang berhasil dan punya prakarsa untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan memebri pengaruh untuk membangkitkan kesadaran lingkungan serta peran masyarakat guna melestarikan fungsi lingkungan hidup, dan atau berhasil menemukan teknologi baru yang ramah lingkungan, seperti pejabat, pendidik, budayawan, seniman, wartawan, peneliti, pengusaha, manager, tokoh lembaga swadaya masyakat, tokoh agama, dan lain-lain.
Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Ir. H. Dennery, ST, MT mengatakan penghargaan tertinggi bidang lingkungan hidup di Indonesia terdiri atas kalpataru, adipura, dan adiwiyata. Ketiga penghargaan diberikan setiap tahun dalam rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup di Indonesia.
Pemerintah pusat dan daerah memberikan apresiasi terhadap kepedulian pada lingkungan hidup melalui perhargaan Kalpataru, Adipura dan Adiwiyata. Untuk Kalpataru meliputi empat katagori yaitu perintis lingkungan, pengabdi lingkungan, penyelamat lingkungan dan pembina lingkungan.
" Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang telah mengusulkan ke Kementeran LHK beberapa calon perintis maupun penyelamat lingkungan hidup. Termasuk masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan di Kalbar," kata Ir. H. Dennery, ST, MT, belum lama ini.
Kalpataru sendiri diberikan pertama kali pada tahun 1981. Sedangkan nama Kalpataru diambil dari bahasa sansekerta, asal kata Kalpataru atau Kalpawreksa yang mempunyai arti "pohon kehidupan". Penggunaannya terinspirasi oleh relief Kalpataru yang terdapat di dinding candi-candi di Indonesia seperti di candi Mendut dan Prambanan.
Pada Tahun 2020 ini melalui Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang mengusulkan 2 (dua) calon Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup Nasional Kalpataru yaitu :
1. Yohanes Terang di usulkan sebagai Pembina Lingkungan, di Desa Laman Satong Kec. Matan Hilir Utara. Kegiatan yang dilakukan adalah :
· Penggagas Terbentuknya Hutan Desa,
· Pengawasan semua aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan lahan di hutan dusun manjau, Melaksanakan kerjasama dengan pihak pemerintah dalam pengawasan melalui aparat desa terkait pemangku kearifan lokal setempat, Kepolisian, Pemda Kabupaten Ketapang, perusahaan swasta dan Non Governmental Organization (Lembaga Swadaya Masyarakat),
· Menjadi motivator konservasi bagi lembaga-lembaga non pemerintah baik nasional dan internasional, pemerintah, sektor swasta, dan akademisi dan Menjadi Narasumber dalam pelatihan pembibitan tanaman kehutanan, pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pembelajaran tentang konservasi dan kemasyarakatan.
· Menjadi Narasumber dalam pelatihan pembibitan tanaman kehutanan, pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pembelajaran tentang konservasi dan kemasyarakatan.
I. DAMPAK LINGKUNGAN, EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA.
a) PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN DAN PEMULIHAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
Kegiatan "Hutan Desa" yang dipelopori oleh Bapak Yohanes Terang mampu mencegah terjadinya degradasi lingkungan. Pada prosesnya, Yohanes Terang melakukan penanaman dengan berbagai jenis tanaman kehutanan dan tanaman pertanian yang bermanfaat dalam menutupi permukaan tanah. Disamping itu, pemilihan tananam juga dilakukan terutama pada lahan-lahan yang miring dengan jenis tanaman seperti ficus (beringin) karena menurut dia, tanaman tersebut mampu mencegah erosi dan mengkonservasi air. Hutan desa adalah hutan negara yang berada diwilayah desa yang dikelola oleh masyarakat desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat desa serta belum dibebani izin/ hak. Hutan desa manjau seluas 1.070 Ha menjadi pilot project REDD+ pada tahun 2015-2016 berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia SK.493/Menhut-II/2011.
Selain "Hutan Desa", Yohanes Terang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang dalam program penanaman bambu betung, pelestarian tanaman langka seperti kayu ulin, mengkirai yang sudah sulit ditemukan dan melestarikan tanaman garahu, kemenyan, durian, beringin, bungur dan masih banyak lainya.
b) EKONOMI.
Hutan Desa telah masuk dalam program perdagangan karbon (http://www.mongabay.co.id/2015/08/31/kado-manis-di-balik-jalan-terjal-membangun-hutan-desa-manjau/).
Disamping hasil dari perdagangan karbon yang telah dirasakan manfaatnya bagi masyarakat sekitar, Yohanes Terang mengusahakan penanaman tanaman keras yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti gaharu, yang ditanam dan kemudian diinokulasi dengan inokulan yang dia buat sendiri yaitu dari getah gaharu cair dan yang dipadatkan dan dengan serbuk kayu gaharu alam. Menurut Yohanes Terang gaharu yang ditanam dan diinokulasi dengan inokulan buatannya dapat menghasilkan resin (gubal) gaharu kelas super yang harga jualnya cukup tinggi.
Tanaman gaharu tidak hanya memberikan keuntungan pada saat panen. Yohanes Terang menemukan, bahwa dalam masa pertumbuhan tanaman gaharu yang ditanam berdekatan dengan tanaman karet, dapat meningkatkan volume cairan lateks yang keluar dari pohon karet, dibanding tanaman karet yang tidak ditanam berdekatan dengan tanaman gaharu.
Kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh Yohanes Terang menjadi contoh tidak hanya sekedar memberikan manfaat lingkungan tetapi memberi pengaruh dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekitar. Peningkatan ekonomi masih dapat dicapai dengan menjaga fungsi lingkungan dalam hal ini hutan tanpa harus mengekploitasinya.
c) SOSIAL BUDAYA.
Masyarakat dayak mempercayai hutan adalah sebagai nafas bagi kehidupan. Maka sebagai tokoh adat dayak, Yohanes Terang berusaha melestarikan hutan sebagai wujud kecintaannya terhadap nilai-nilai luhur masyarakat dayak. Termasuk melestarikan tanaman-tanaman yang memiliki nilai sakral serta digunakan dalam ritual-ritual adat. Kesederhanaan, kepolosan dan kejujuran menjadi karakter dalam kehidupan sehari-hari dari Yohanes Terang, prinsip hidup inilah yang akhirnya mempengaruhi masyarakat sekitar untuk ikut serta melestarikan dan menjaga lingkungan. Prinsip kehidupan itu juga yang mendasari Yohanes Terang menulis puisi-puisi yang bertujuan untuk mengajak masyarakat melestarikan nilai-nilai kehidupan dan kearifan lokal. Karya tulis tersebut mendapatkan apresiasi dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc) serta Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (1983-1993) Prof. Dr. Emil Salim.
II. PRAKARSA, MOTIVASI, INOVASI DAN KREATIVITAS.
a) PRAKARSA :
Kegiatan yang dilakukan oleh Yohanes Terang diawali dengan keprihatinan yang mendalam atas semakin berkurangnya luasan hutan akibat illegal logging yang sangat gencar dilakukan oleh pengusaha kayu yang tidak bertanggung jawab yang ingin merambah hutan desa Laman Satong dan Taman Nasional Gunung Palong yang berbatasan dengan wilayah desa, didalam puisi beliau bahkan menuliskan Rimbapun Sudah Punah yang mengutarakan keadaan alam yang sangat memprihatinkan. Dengan tekad dan komitmen yang kuat menjaga hutan yang tersisa, bersama dengan masyarakat setempat, Yohanes Terang menginisiasi mekanisme pengelolaan hutan yang dikenal sebagai "Hutan Desa" dan telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah dengan keluarnya SK Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor 493/Menhut-II/2011. Hutan desa Laman Satong telah mengikuti program perdagangan karbon, dan telah mendapatkan dua kali pencairan dana sebesar Rp. 150.000.000,-/tahun. Hal ini membuktikan dengan menjaga hutanpun masyarakat masih dapat memperoleh keuntungan secara ekonomi, tanpa harus mengeksploitasi hutan. Usaha peningkatan ekonomi tidak hanya dari hutan desa. Yohanes Terang memberikan contoh kepada masyarakat sekitar, dalam mengusahakan lahan di sekitar rumah untuk lebih produktif dengan menanam berbagai jenis tanaman kehutanan yang benilai ekonomi tinggi dan merupakan komoditi ekspor seperti gaharu dan tanaman pertanian yang disamping untuk memenuhi kebutuhan domestik keluarga tetapi juga dapat dijual seperti berbagai jenis tanaman buah-buahan dan tanaman karet. Jenis tanaman yang diusahakan oleh Yohanes Terang memiliki multi manfaat yaitu dapat meningkatkan pendapatan dan fungsi lingkungan tetap terjaga serta menjadi plasma nutfah beberapa tanaman terutaman tanaman hutan yang dibutuhkan dalam ritual-ritual adat dayak.
b) MOTIVASI :
Kegiatan-kegiatan yang berlandaskan kecintaan akan lingkungan dan keprihatinan akan kerusakan lingkungan yang sedang masif terjadi, Yohanes Terang memberikan contoh hidup bahwa menjaga hutan tetap bisa hidup layak bahkan tingkat ekonomi dapat sama dengan atau lebih dari metode-metode eksploitatif seperti perambahan hutan dan metode pengusahaan komoditi perkebunan yang monokultur. Hal ini memotivasi masyarakat untuk tetap menjaga hutan yang tersisa di Laman Satong. Masyarakat yang sebelumnya eksploitatif dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan peningkatan ekonomi, melalui pendampingan, terlibat langsung dengan kegiatan yang dipelopori Yohanes Terang menjadi lebih mempertahankan nilai-nilai konservasi karena telah mendapatkan manfaat secara langsung dan tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Dusun Manjau, Desa Laman Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang. Disamping kegiatan dalam sehari-hari, Yohanes Terang memotivasi masyarakat, tidak hanya di Laman Satong, tetapi masyarakat global (Yohanes Terang beberapa kali menerima tamu manca negara dan domestik dan diundang ke kedutaan Amerika Serikat) melalui tulisan sajak yang dibacakan dalam tiap kesempatan dimana Yohanes Terang diundang sebagai tokoh yang menjaga nilai-nilai konservasi dan ketika diminta sebagai nara sumber dalam pelatihan-pelatihan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk konservasi lingkungan. Yohanes Terang menjadi nara sumber di hingga ke Papua dan nara sumber pelatihan pembibitan tanaman kehutanan dan juga pelatihan pemanfaatan bambu betung.
Rekam jejak Yohanes Terang dalam mempertahankan hutan yang tersisa, menarik sebuah Yayasan Palung yang bergerak dibidang konservasi, mengangkat Yohanes Terang sebagai anggota pengawas dalam kepengurusan Yayasan Palung.
c) INOVASI (IDE, GAGASAN, TEMUAN BARU) :
Ditengah maraknya illegal logging dan pembangunan perkebunan kelapa sawit, hutan desa merupakan buah usaha Yohanes Terang dalam menyelamatkan hutan yang tersisa. Usaha terbentuknya hutan desa tidak hanya sebatas melegalkan hutan desa Laman Satong secara hukum dan diakui negara dalam SK Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor 493/Menhut-II/2011 dan peraturan pengelolaan hutan desa Laman Satong, tetapi juga menjadikan hutan desa Laman Satong memiliki nilai ekonomi dengan ikut serta dalam perdagangan karbon yang dibantu oleh organisasi non pemerintah berskala internasional yaitu Flora Fauna International (FFI).
Pengalaman dan kecintaan terhadap lingkungan, serta kenyataan adanya kesenjangan perekonomian antara masyarakat di sekitar hutan dan masyarakat di sekitar perkebunan, membuat Yohanes Terang lebih giat dalam mengusahakan pekarangan dan lahan-lahan tidak produktif, menjadi lebih bermanfaat baik secara ekonomi maupun lingkungan. Pekarangan rumah yang ditanam dengan pola kebun campuran antara tanaman pertanian seperti tanaman buah dengan gaharu dan tanaman karet dengan gaharu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Aktivitas Yohanes Terang menanam jenis buah-buahan lokal secara tidak langsung juga melestarikan tanaman buah lokal yang disebagian tempat sudah hampir punah karena tergusur oleh pola pengusahaan tanaman secara monokultur. Penerapan teknik inokulasi terhadap tanaman gaharu oleh Yohanes Terang telah membuka peluang bagi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian tanpa harus merambah hutan karena memiliki nilai lebih dibanding dengan teknik tradisional. Tanaman campuran antara karet dan gaharu juga memberikan keuntungan berlipat karena tanaman gaharu dapat merangsang keluarnya latek pohon karet lebih banyak dibandingkan pohon karet yang ditanam secara monokultur tanpa tanaman gaharu.
d) KREATIVITAS CALON :
Usaha menjaga dan melestarikan hutan yang sudah menjadi bagian hidup Yohanes Terang. Pola pertanian campuran dengan tanaman kehutanan terlihat sangat banyak dijumpai di pekarangan dan kebun belakang rumahnya. Berbagai jenis tumbuhan antara lain seperti durian, gaharu, petai, pohon kemenyan, cempedak, meranti, jambu, rambutan, tekalak dan sebagainya. Ditanam juga tanaman buah, tanaman pangan dan kolam ikan serta beberapa tanaman buah introduksi dari luar seperti jeruk sunkist, srikaya dragon, dan buah naga. Selain mengusahakan sendiri pekarangannya, Yohanes Terang dengan kesadaran penuh merelakan lahan milik pribadi untuk diusahakan secara kelompok dalam kelompok tani Manjau Hijau. Dalam program meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan lingkungan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kab. Ketapang untuk menjaga hutan desa laman satong dan melakukan konservasi sempadan sungai manjau dengan penanaman bambu betung. Kegiatan ini untuk memotivasi masyarakat sekitar untuk tetap menjaga dan melestarikan fungsi lingkungan dengan menjalin kerja sama dengan pihak luar, disamping sebagai pelaku langsung dalam menjaga lingkungan, Yohanes Terang memotivasi masyarakat dengan puisi-puisi yang dia tuliskan.
III. KEISTIMEWAAN SEHINGGA LAYAK DI USULKAN.
Dibaca dari bukunya yang berjudul "Menjaga yang Tersisa Sajak dan Renungan dari Laman Satong, tergambar jelas bahwa usaha menjaga hutan yang tersisa merupakan usaha atas kesadaran sendiri. Berlatar belakang keprihatinan akan maraknya illegal logging yang secara masif membabat hutan tanpa menanamnya kembali, pembukaan lahan untuk budidaya komoditi perkebunan secara monoklutur, dengan merangkul masyarakat sekitar Yohanes Terang mempertahankan hutan yang tersisa untuk dikelola bersama dalam bentuk pengelolaan hutan desa. Setelah berhasil mempertahankan hutan dan mendapatkan pengakuan secara legal dari pemerintah, hutan desa, dengan difasilitasi lembaga FFI, ikut dalam program perdagangan karbon yang hingga tahun 2016 sudah dua kali mendapatkan hasil yaitu Rp 150.000.000/tahun. Namun, terlepas dari semua bantuan dan advokasi lembaga, Yohanes Terang mampu menjaga hutan yang tersisa hingga saat ini atas inisiatif sendiri, bahkan mengorbankan sebagian tanah yang dia miliki untuk dijadikan lahan konservasi untuk menjaga fungsi lingkungan. Setelah berhasil menimbulkan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan melestarikan hutan, hal ini pun yang mendorong berbagai lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah untuk turut serta dalam memfasilitasi berbagai kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk tetap menjaga hutan. Keistimewaan lain, usaha Yohanes Terang mampu membuktikan bahwa dengan menjaga hutan, masyarakat masih dapat penghidupan yang layak. Perekonomian bisa ditingkatkan dengan tetap menjaga hutan, setara bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan peningkatan ekonomi yang bersifat eksploitatif terhadap lingkungan. Manfaat menjaga hutan dan lingkungan tidak semata untuk menyelamatkan lingkungan tetapi untuk pelestarian plasma nuftah dan peningkatan ekonomi. Mengingat kegiatan Yohanes Terang telah menjadi sorotan berbagai kalangan, dari lokal, nasional dan manca negara, akademisi dari berbagai universitas, tokoh adat, masyarakat awam berbagai profesi, sehingga penghargaan layak diterima oleh dia, dan penghargaan tersebut akan menjadi motivasi bagi orang-orang tersebut yang mengenal dan menjadikan Yohanes Terang sebagai narasumber, untuk menjaga fungsi lingkungan. Disamping itu, melalui penghargaan kalpataru, masyarakat akan melihat keseriusan pemerintah dalam program menjaga fungsi lingkungan, menyelaraskan perekonomian dengan penyelamatan lingkungan dalam upaya pembangunan berkelanjutan.
2. Syakrani dari di usulkan Sebagai Perintis Lingkungan di desa Kuala Satong, Kuala Tolak, Dusun Sei Jaha, Kab Kayong Utara. Kegiatan yang dilakukan adalah :
· Penggagas Pembibitan dan Penanaman Mangrove.
· Penggagas Budidaya Perikanan Air Payau (Nila, Bawal dan Bandeng).
· Penggagas Budidaya Perkebunan (Kebun Jeruk) dan Tanam Sulam.
· Penggagas Pembuatan Sirup Tradisional Buah Lakum (Skala Masyarakat)
· Penggagas Penanaman Bunga xanthostemon dan pohon palem (untuk makan madu kelulut (lebah Itama).
· Penggagas Budidaya Madu Kelulut (Lebah Itama).
· Penggagas Sewa Perahu Nelayan untuk Pemancingan.
· Pengawasan semua aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan, penyelamatan lingkungan, rehabilitasi lahan kritis dan pemanfaatan sumber daya alam bertujuan lingkungan dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
· Melaksanakan kerjasama dengan pihak pemerintah dalam pengawasan melalui aparat desa terkait pemangku kearifan lokal setempat, TNI, POLRI, Pemda Kabupaten Ketapang, perusahaan swasta dan Non Governmental Organization (Lembaga Swadaya Masyarakat).
· Menjadi motivator dan narasumber konservasi bagi lembaga-lembaga non pemerintah baik nasional dan internasional, pemerintah, sektor swasta, dan akademisi, Pokdarwis.
· Menjadi Narasumber dalam pelatihan pembibitan tanaman kehutanan, pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pembelajaran tentang konservasi dan kemasyarakatan.
I. DAMPAK LINGKUNGAN, EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA.
a) PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN DAN PEMULIHAN KERUSAKAN LINGKUNGAN.
· Kegiatan Kerusakan dan Pemulihannya, dengan metoda pembibitan, penanaman dan rehabilitasi yang bertujuan mencegah abrasi air laut dan budidaya ekosistem (kepiting bakau dan perikanan air payau).
· Kegiatan Pemanfaatan Lahan Tidur dengan metoda penanaman pohon jeruk, penanaman bunga xanthostemon, pohon palem dan Buah Lakum.
· Kegiatan Pemanfaatan hasil dari penanaman lahan tidur dengan metoda pembuatan budidaya lebah Itama sebagai penghasil madu kelulut.
b) EKONOMI.
· Rencana Pariwisata pada Mangrove, penambahan penghasilan kesejahteraan masyarakat.
· Pembuatan pembatas air asin dan pemanfaatan lahan tidur, sehingga dapat ditanami tanaman lain dan perlakuan lainnya seperti :
ü Kebun Jeruk, Pertanian Arboretum (buahan-buahan).
ü Budidaya Madu Kelulut Itama, Budidaya Kepiting Bakau.
· Penyewaan Perahu Nelayan (penambahan Penghasilan Masyarakat Nelayan).
· Menjadikan Tempat Rekreasi Wisata Mangrove.
c) SOSIAL BUDAYA.
· Masyarakat disekitarnya mempercayai hutan adalah sebagai nafas bagi kehidupan. Maka sebagai tokoh didaerah tersebut, Syakrani berusaha melestarikan hutan sebagai wujud kecintaannya terhadap nilai-nilai luhur masyarakat. Termasuk melestarikan tanaman-tanaman yang memiliki nilai sakral serta digunakan dalam ritual-ritual adat. Kesederhanaan, kepolosan dan kejujuran menjadi karakter dalam kehidupan sehari-hari dari Syakrani, prinsip hidup inilah yang akhirnya mempengaruhi masyarakat sekitar untuk ikut serta melestarikan dan menjaga lingkungan. Prinsip kehidupan itu juga yang mendasari Syakrani melakukan beberapa ide/gagasan yang bertujuan untuk mengajak masyarakat melestarikan nilai-nilai kehidupan dan kearifan lokal.
· Pelestarian Budaya Lokal, seperti berkebun, dan penangkapan ikan menggunakan selancar yang merupakan budaya lokal.
· Menjadikan Tempat berkumpulnya nelayan, karena terdapat pelabuhan.
II. PRAKARSA, MOTIVASI, INOVASI DAN KREATIVITAS.
a) PRAKARSA :
Kegiatan yang dilakukan oleh Syakrani diawali dengan keprihatinan yang mendalam atas semakin berkurangnya luasan hutan mangrove dan ekosistemnya akibat rusaknya daerah pesisir dan hutan sekitarnya yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.Dengan tekad dan komitmen yang kuat menjaga hutan yang tersisa, bersama dengan masyarakat setempat, Syakrani menginisiasi mekanisme pengelolaan hutan yang dikenal sebagai "Hutan Mangrove”, penanaman bunga xanthostemon, pohon palem dan Buah Lakum. Hal ini membuktikan dengan menjaga hutanpun dan tanaman lainnya masyarakat masih dapat memperoleh keuntungan secara ekonomi, tanpa harus mengeksploitasi hutan. Usaha peningkatan ekonomi tidak hanya dari hutan mangrove. Syakrani memberikan contoh kepada masyarakat sekitar, dalam mengusahakan penanaman lahan tidur, budidaya perkebunan, perikanan, peternakan dan penanaman lahan di sekitar rumah untuk lebih produktif dengan menanam berbagai jenis tanaman kehutanan dan perkebunan yang benilai ekonomi yang disamping untuk memenuhi kebutuhan domestik keluarga tetapi juga dapat dijual seperti berbagai jenis tanaman buah-buahan dan tanaman jeruk. Jenis tanaman yang diusahakan oleh Syakrani memiliki multi manfaat yaitu dapat meningkatkan pendapatan dan fungsi lingkungan tetap terjaga serta menjadi plasma nutfah beberapa tanaman terutaman tanaman hutan yang dibutuhkan dalam pemanfaatan lainnya.
b) MOTIVASI :
Kegiatan-kegiatan yang berlandaskan kecintaan akan lingkungan dan keprihatinan akan kerusakan lingkungan yang sedang masif terjadi, Syakrani memberikan contoh hidup bahwa menjaga hutan tetap bisa hidup layak bahkan tingkat ekonomi dapat sama dengan atau lebih dari metode-metode eksploitatif seperti perambahan hutan dan metode pengusahaan komoditi perkebunan yang monokultur. Hal ini memotivasi masyarakat untuk tetap menjaga melestarikan hutan yang tersisa dengan melakukan tindakan langsung terhadap lingkungan. Masyarakat yang sebelumnya eksploitatif dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan peningkatan ekonomi, melalui pendampingan, terlibat langsung dengan kegiatan yang dipelopori Syakarani menjadi lebih mempertahankan nilai-nilai konservasi karena telah mendapatkan manfaat secara langsung dan tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat didesa tersebut. Disamping kegiatan dalam sehari-hari, Syakarani memotivasi masyarakat, tidak hanya di Kuala Satong.
c) INOVASI (IDE, GAGASAN, TEMUAN BARU) :
Ide yang dikembangkan yaitu wisata mangrove berbasis Konservasi yang menjadi Produk Wisata Unggulan Kabupaten Ketapang.
d) KREATIVITAS CALON :
Usaha menjaga dan melestarikan hutan yang sudah menjadi bagian hidup Syakrani. Pola pertanian campuran dengan tanaman kehutanan terlihat sangat banyak dijumpai di pekarangan dan kebun belakang rumahnya. Berbagai jenis tumbuhan antara lain seperti juga tanaman buah, tanaman pangan dan kolam ikan serta beberapa tanaman buah. Selain mengusahakan sendiri pekarangannya, Syakrani dengan kesadaran penuh merelakan lahan milik pribadi untuk diusahakan secara kelompok dalam kelompok tani. Dalam program meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan lingkungan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kab. Ketapang untuk menjaga hutan Wisata Mangrove Kuala Satong dan melakukan konservasi daerah pesisir dan lahan tidur. Kegiatan ini untuk memotivasi masyarakat sekitar untuk tetap menjaga dan melestarikan fungsi lingkungan dengan menjalin kerja sama dengan pihak Iyari, disamping sebagai pelaku langsung dalam menjaga lingkungan.
III. KEISTIMEWAAN SEHINGGA LAYAK DI USULKAN.
· Mempunyai Kawasan Hutan Mangrove yang kembali menjadi alami dan asri.
· Berlokasi di lahan Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang.
· Menjadikan tempat percontohan wisata mangrove dengan konsep kolaborasi pertanian, arboretum, perkebunan, budidaya perikanan dan peternakan menjadi satu kesatuan dalam rekreasi wisata mangrove
· Lokasi Strategis yang berhadapan langsung dengan pulau wisata yaitu pulau Cempedak dan pulau Sempadi.
· Merupakan tempat pelestarian hutan mangrove yang bertujuan untuk Kampanye Lingkungan dan Pelestarian biodiversity dengan Konsep Wisata.
· Dengan menyelematkan hutan mangrove berarti mengikuti program penting untuk menyelamatkan hutan alam yang tersisa, dan mengutamakan pendekatan kebijakan dan insentif positif dalam usaha mereduksi deforestasi dan peningkatan konservansi.
· Hutan tempat penyimpan karbon.
Harapan kedepan agar masyarakat dapat lebih berinovasi dan berperan serta dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga perolehan penghargaan Kalpataru lebih banyak dan daya dukung lingkungan meningkat.
Comments